Benih Ortodoks dan Benih Rekalsitran




PENDAHULUAN
Dalam budidaya tanaman sering kali ditemui keadaan dimana kebutuhan benih dengan ketersediaan benih tidak selalu sama. Sering kali ketersediaan benih lebih besar daripada kebutuhan benih di lapangan karena setelah dipanen, benih biasanya tidak langsung ditanam melainkan harus menunggu saat tanam selama beberapa waktu. Selain itu benih seringkali harus diangkut dari suatu tempat ke tempat lain dengan menempuh jarak yang cukup jauh maka perlu dilakukan penyimpanan benih agar benih yang belum digunakan sekarang bisa digunakan pada saat dibutuhkan nantinya. Oleh karena itu dalam makalah ini akan dibahas mengenai cara penyimpanan benih yang baik agar kualitas benih tetap baik.
Benih menurut Undang – undang RI No.12 Tahun 1992 tentang sistem budidaya tanaman BAB I ketentuan umum Pasal 1 (a) 4 mengatakan : “Benih tanaman yang selanjutnya disebut benih adalah tanaman atau bagiannya yang digunakan untuk memperbanyak/atau mengembangbiakkan tanaman”. Benih tanaman yaitu biji, bibit, stek, entres dan planlet.
Benih menjadi salah satu input yang penting dalam bidang pertanian. Benih sebagai penentu keberhasilan tanaman dapat tumbuh hingga panen atau tidak sama sekali. Sistem produksi pertanian baik untuk memenuhi konsumsi sendiri maupun berorientasi komersial diperlukan adanya ketersediaan benih yang memiliki daya tumbuh tinggi termasuk di Indonesia. Di Indonesia merupakan salah satu negara dengan sektor pertanian sebagai prioritas dalam memenuhi kebutuhan hidup masyarakatnya, sehingga sangat perlu untuk memperhatikan benih yang akan ditanam maupun yang akan di produksi atau di komersialkan. Oleh karena itu menjadi sangat penting bahwa kontribusi benih dalam mendorong meningkatkan jumlah dan kualitas produksi pertanian yang mampu dihasilkan.
Kemampuan benih untuk tumbuh dan berkecambah dipengaruhi oleh keadaan lingkungan, cadangan makan dan kadar air. Kadar air benih merupakan salah satu komponen yang harus diketahui baik untuk tujuan pengolahan maupun untuk tujuan penyimpanan benih. Kadar air memiliki dampak besar terhadap benih selama penyimpanan. Kadar air biji atau benih berfungsi untuk menentukan saat panen yang tepat dan saat penyimpanan benih. Kadar air optimum dalam penyimpanan bagi sebagian besar benih adalah antara 6%–8%. Kadar air yang terlalu tinggi dapat menyebabkan naiknya aktivitas pernafasan yang dapat berakibat terkuras habisnya bahan cadangan makanan dalam benih. Selain itu merangsang  perkembangan cendawan patogen di dalam tempat penyimpanan. Tetapi perlu diingat bahwa kadar air yang terlalu rendah akan menyebabkan kerusakan pada embrio.
Penyimpanan benih merupakan kegiatan prosesing benih yang bertujuan mempertahankan mutu (viabilitas) benih agar tetap tinggi sampai benih ditanam, menjaga biji agar tetap dalam keadaan baik (daya kecambah tetap tinggi), melindungi biji dari serangan hama dan jamur serta mencukupi persediaan biji selama musim berbuah tidak dapat mencukupi kebutuhan. Untuk melakukan penyimpanan benih, tidak bisa dilakukan sembarangan saja melainkan adanya faktor-faktor penyimpanan benih yang perlu diketahui. Faktor-faktor penyimpanan benih tersebut diantaranya: mengetahui jenis (kelompok) benih dan lingkungan simpan. penyimpanan benih memerlukan informasi mengenai identitas benih,apakah termasuk kelompok benih ortodoks, rekalsitran atau intermediate dikarenakan informasi tersebut berguna untuk perlakuan penyimpanan benih itu sendiri.
SIFAT-SIFAT BENIH REKALSITRAN DAN BENIH ORTODOKS
Menurut Shaban (2013), berdasarkan tingkat kadar air di dalam benih terdapat dua tipe benih yakni benih ortodoks dan benih rekalsitran. Benih ortodoks adalah benih yang dapat disimpan dalam waktu yang relatif lama dengan kadar air dapat diturunkan sampai di bawah 10%, dan dapat disimpan pada suhu dan kelembaban yang rendah. Jenis pohon yang benihnya termasuk benih ortodok antara lain merbau (Intsia bijuga), kayu kuku (Pericopsis mooniana), tisuk (Hibiscus macrophyllus), krasikarpa (Acacia crassicarpa), pelita (Eucalyptus pellita), ampupu (Eucalyptus urophylla), dan asam jawa (Tamarindus indica L.).
Menurut Walters et al (2013), benih rekalsitran yaitu benih yang tidak dapat disimpan dalam waktu lama, tidak tahan atau mati jika disimpan pada suhu dingin, dan tidak tahan disimpan bila kadar airnya diturunkan sampai di bawah kadar air kritis. Jenis benih yang termasuk rekalsitran adalah nangka (Artocarpus heterophyllus), meranti (Shorea selanica), gaharu (Aquilaria malaccensis), damar (Agathis sp.), Kemenyan (Styrax benzoin), Mimba (Azadirachta indica), Bakau (Rhizophora apiculata), dan Nyamplung (Calophyllum inophyllum).
Sifat-sifat  benih  rekalsitran  adalah memiliki ukuran yang relatif lebih besar dibandingkan benih ortodoks, memiliki kadar air benih antara 30-70% dengan variasi kadar air yang besar diantara individu benih ketika terlepas dari tanaman induk (shedding), mudah terkontaminasi mikroorganisme, tidak toleran terhadap suhu rendah dan beku (chilling and freezing injury), periode penyimpanan yang singkat, mudah berkecambah di penyimpanan dan g) peka terhadap penurunan air pada saat proses pembentukan benih dan juga saat terlepas dari tanaman induk. Penurunan kadar air pada biji tipe ini akan berakibat penurunan viabilitas biji hingga kematian, sehingga biji tipe ini tidak bisa disimpan dalam kadar air rendah. Benih yang bersifat rekalsitran akan mati kalau kadar airnya diturunkan sebelum mencapai kering dan tidak tahan di tempat yang bersuhu rendah.
Ortodoks adalah benih yang pada masak panen/fisiologi memiliki kandungan kadar air yang relatif rendah. Biji kelompok ortodoks dicirikan oleh sifatnya yang bisa dikeringkan tanpa mengalami kerusakan. Viabilitas biji ortodoks tidak mengalami penurunan yang berarti dengan penurunan kadar air hingga di bawah 20%, sehingga biji tipe ini bisa disimpan dalam kadar air yang rendah. Benih ortodoks tidak mati walaupun dikeringkan sampai kadar air yang relatife sangat rendah dengan cara pengeringan cepat dan juga tidak mati kalau benih itu disimpan dalam keadaan suhu yang relative rendah.
Benih ortodoks meskipun ukurannya kecil tetapi lebih toleran terhadap suhu yang tinggi, toleran terhadap mikroorganisme lain. Secara umum benih ortodoks memiliki ciri kulit biji keras, ukuran biji biasanya kecil hingga sedang, kadar air biji segar sebelum masak fisiologis 15-30%, kadar air saat masak fisiologis menurun hingga 6-10%. Benih jenis ini banyak ditemukan di daerah arid dan semi arid, serta merupakan jenis pioner di daerah iklim tropik basah dan sedang. Benih ortodok biasanya memiliki sifat dormansi, yakni keadaan dimana benih tidak dapat berkecambah walau sudah berada dalam kondisi lingkungan (kelembaban, suhu dan cahaya) yang optimal. Kondisi ini memungkinkan benih dapat disimpan beberapa tahun.
PERKECAMBAHAN BENIH REKALSITRAN DAN ORTODOKS
            Jenis benih yang memiliki tipe ortodoks tidak dapat dipengaruhi oleh cahaya pada saat pentimpanan. Jenis-jenis benih yang foto-dormansi, yaitu benih yang akan berkecambah pada saat ada ransangan cahaya harus diperhatikan dalam proses penyimpanan. Karena cahaya yang diterima oleh benih akan merangsang benih untuk berkecambah. 
            Pertumbuhan awal benih rekalsitran merupakan masalah utama dalam proses penyimpanannya. Benih-benih rekalsitran seperti benih kakao tidak memiliki masa dormansi, dan akan segera tumbuh meskipun disimpan. Jumlah benih yang tumbuh dalam penyimpanan terendah dijumpai pada benih dengan kemasan plastik polypropelen tidak dilubangi. Kondisi ruang simpan merupakan faktor penting yang sangat menentukan viabilitas benih rekalsitran yang disimpan. Konsentrasi O2, temperatur dan kelembaban udara di sekitar adalah beberapa faktor yang juga menentukan keawetan viabilitas benih di penyimpanan. Diduga penyimpanan dengan kertas merang memungkinkan adanya sirkulasi udara segar yang diimbangi dengan penurunan konsentrasi gas karbondioksida dan panas di dalam wadah penyimpanan. Keadaan demikian relatif lebih aman bagi viabilitas benih kakao.
PENYIMPANAN BENIH REKALSITRAN DAN ORTODOKS
Perlakuan yang terbaik pada benih ialah menanam benih atau disemaikan segera setelah benih-benih itu dikumpulkan atau dipanen, jadi mengikuti cara-cara alamiah, namun hal ini tidak selalu mungkin kareana musim berbuah tidak selalu sama, untuk itu penyimpanan benih perlu dilakukan untuk menjamin ketersediaan benih saat musim tanam tiba.
Tujuan penyimpanan
·         menjaga biji agar tetap dalam keadaan baik (daya kecambah tetap tinggi)
·         melindungi biji dari serangan hama dan jamur.
·         mencukupi persediaan biji selama musim berbuah tidak dapat mencukupi kebutuhan.
Ada dua faktor yang penting selama penyimpanan benih yaitu, suhu dan kelembaban udara.
Umumnya benih dapat dipertahankan tetap baik dalam jangka waktu yang cukup lama, bila suhu dan kelembaban udara dapat dijaga maka mutu benih dapat terjaga. Untuk itu perlu ruang khusus untuk penyimpanan benih.
Penyimpanan benih di daerah tropis sering mengalami kendala terutama karena masalah kelembaban dan fluktuasi suhu. Benih bersifat higroskopis dan kadar airnya selalu berkeseimbangan dengan kelembaban nisbi di sekitarnya. Oleh karena itu dalam penyimpanan benih khususnya ortodoks pemilihan materi kemasan sangat penting, agar kadar air benih tidak mengalami perubahan selama penyimpanan dan viabilitas benih dapat dipertahankan. Pemilihan jenis kemasan yang baik harus disesuaikan dengan tipe benih, suhu dan RH ruang simpan, kadar air awal, lama simpan dan tujuan akhir penyimpanan
Benih ortodoks tahan terhadap pengeringan dan suhu penyimpanan yang rendah, yaitu pada suhu 0 – 5  dengan kadar air benih 5–7%. Dalam kondisi penyimpanan yang optimal, benih yang orthodox akan mampu disimpan sampai beberapa tahun. Pada saat masak, kadar air benih pada kebanyakan benih ortodoks sekitar 6–10%. Benih ortodoks banyak ditemukan pada zona arid, semi arid dan pada daerah dengan iklim basah, di samping itu juga ada yang ditemukan pada zona tropis dataran tinggi. Secara praktis, benih ortodoks dapat disimpan pada suhu kamar (28 ) atau ruang sejuk (12 ), bergantung pada lama penyimpanan dan kadar air benih yang akan disimpan
Benih rekalsitran mempunyai kadar air tinggi, untuk itu dalam penyimpanan kadar air benih perlu dipertahankan selama penyimpanan. Penyimpanan dapat menggunakan serbuk gergaji atau serbuk arang. Caranya yaitu dengan memasukkan benih ke dalam serbuk gergaji atau arang. Penyimpanan benih rekalsitran secara umum, suhu ruang simpan sedang dengan kadar air benih yang tinggi, pada RH yang tinggi, dengan ketersediaan oksigen yang cukup. Benih rekalsitran akan mengalami penuaan dan kemunduran benih selama penyimpanan. Kemunduran benih rekalsitran ditandai dengan penurunan daya berkecambah. Benih rekalsitran adalah benih yang cepat rusak (viabilitas menurun) apabila diturunkan kadar airnya (12-31%) dan tidak tahan disimpan pada suhu dan kelembaban rendah.
Pengemasan benih untuk penyimpanan digunakan wadah yang bersifat tidak kedap terhadap uap air dan gas tetapi cukup dapat mempertahankan kelembaban, misalnya kantong katun, karung goni, kantong kertas, kantong plastik berlubang, kotak kardus dan kotak kayu. Bahan pencampur sebagai media simpan dapat dipergunakan dalam penyimpanan seperti serbuk gergaji lembab, serbuk sabut kelapa lembab, batu perlite dan bahan lainnya. Benih rekalsitran memerlukan penyimpanan yang cukup lembab dan sejuk, dikombinasikan dengan aerasi (pertukaran udara) dan diupayakan tidak terjadi pemanasan yang berlebihan akibat kelembaban benih dan respirasi. Ruang simpan yang digunakan adalah ruang simpan suhu kamar (suhu 27-30 dan kelembaban nisbi udara 70-80%) dan kering sejuk/ AC (suhu 18-20 , kelembaban nisbi 50-60%).
Kenapa benih yang disimpan pada keadaan yang terlalu basah ataupun terlalu kering dapat menyebabkan busuk pada biji? Setelah dipanen, biji tidak lagi mendapat asupan nutrisi dari fotosintesis sehingga saat sudah panen, biji melakukan respirasi. Seperti yang kita tahu bahwa untuk melakukan respirasi, biji memerlukan energi, oksigen dan glukosa hasil fotosintesis. Namun, seiring dengan berjalannya waktu, apabila tidak ada lagi oksigen di lingkungan tersebut maka biji akan melakukan respirasi anaerob yaitu respirasi tanpa oksigen dan dengan otomatis laju respirasi pada biji akan melambat guna 'menghemat' energinya. Sama halnya dengan kita berolahraga maka kita memerlukan energi dan hasil dari olahraga adalah kita berkeringat, maka begitu juga dengan biji. Biji menggunakan energi untuk berespirasi dan menghasilkan 'keringat' sehingga permukaan biji menjadi basah dan lembab yang mana akan memicu munculnya jamur. Alasan lain jamur muncul adalah sebagai parasit untuk berpartisipasi dalam mengambil cadangan makanan yang telah dirombak selama proses respirasi dari glukosa menjadi pati.

(Informasi dikutip dari berbagai sumber dengan sedikit perubahan)

Post a Comment

1 Comments

  1. Wow baru jumpa artikel Winnie perkara nyari bahan mau sidang sangat bermanfaat win

    ReplyDelete